Kamis, 07 Mei 2009

cerita semester 4

Fiuh.
(ada baiknya sebelum menulis, menghela napas lebih dahulu… hehe)


Kepala gue jadi puyeng. Semester ini sungguh sangat melelahkan. Tidak ada kata istirahat untuk tugas. Tugas-tugas itu datang bagai hujan yang akhirnya mengakibatkan banjir. Banjir di otak khususnya. So?

Sebenarnya menyenangkan sih diberi seribu dua puluh delapan tugas (kalo seribu satu kan sudah biasa…), tapi nganyelke kalo tugasnya beriringan. Belum sempat menghela napas, sudah diberi tugas baru. Kalo tugasnya gampang sih gak masalah, tapi kalo tugasnya udah susah perlu merogoh kantong dalam jumlah yang cukuplah untuk beli empat sampai lima potong baju di Mirota Kampus atau Matahari atau Gardena atau eSeS, gimana coba?

Mumet euy!

Tapi juga namanya MAHASISWA gak afdol rasanya kalo gak banyak tugas. Kan aneh kalo mahasiswa gak sibuk, paling gak sibuk ngurusin kegiatan UKM atau talkshow atau forum diskusi gitu deh. Hehehe.

Jadi inget salah satu dosen gue yang ‘huff!’ dengan begitu entengnya ngasih tugas yang super duper ribet. Yang harus buat proposal dulu-lah. Yang harus penyuluhanlah. Yang harus buat laporannyalah. Yang harus inilah. Yang harus itulah. Enaknya lagi waktu yang tersisa sebelum semester ini diakhiri adalah 4 minggu lagi. Jadi?

Huff.

Kadang gue heran dengan dosen-dosen gue. Kenapa selalu memberikan tugas diakhiri semester. Tinggal hitungan jari menjelang eksekusi akhir semester, barulah tugas diberikan. Kenapa tidak dari awal memasuki ajaran baru. Jadi kami (mahasiswa, red.) bisa mempersiapkan hati, jiwa dan pikiran. Sekalipun ada yang memberitahu sejak awal, paling hanya memberikan gambaran umum, sementara tetap saja gambaran khususnya di akhir semester.

Hyaaaaaaaaaatttttttt!!!

Gue sadar sih seharusnya gue gak ngeluh gini, toh ini juga untuk latihan kami (mahasiswa, red.) untuk bisa memahami materi dengan segenap hati dan jiwa. Betul?
Tapi tetap tidak bisa dipungkiri bahwa mengurus mencit itu ternyata butuh kesabaran. Haha. Penyeluhan kesehatan mental harus tetap di jalankan apapun resiko yang di hadapi nanti. Observasi dan interviiu terhadap komunitas akan tetap ditempuh sekalipun banyak ‘klien’ di kelompok gue yang semasa bodoh amat dengan tugas ini. Mengotak-atik manusiapun harus siap di laksanakan agar mampu mendalami sisi kejiwaan mereka. Belum lagi proposal penelitian yang harus telah diselesaikan di akhir semester. Dan jangan lupa untuk membuat sebuah usaha agar gue dapat belajar menjadi orang kaya dan sukses. Tetapi jangan sampai itu semua membuat gue, lo, dan kalian semua mengalami stress kerja.

Huff.

Yuppy! Semua harus dijalankan dengan senyuman….

.n____________n.””

1 komentar: