Jumat, 16 Oktober 2015

Belajar menjadi Wanita yang Bebas


Beberapa bulan yang lalu, saya diberikan pinjaman buku oleh sahabat saya, seorang guru sekolah minggu juga. Buku itu berkisah tentang permasalahan wanita di jaman sekarang, Cinderella Complex, itu judul bukunya.
Banyak sekali permasalahan yang muncul dari seorang wanita. Wanita kadang sulit dimengerti, apa yang dikatakan tidak sesuai dengan hatinya, mood yang sering berubah-ubah, kadang bisa jadi baik banget, lembut banget, tiba-tiba bisa marah-marah dan kemudian menangis tersedu-sedu.
Yah... bagi saya yang seorang perempuan, wanita itu sangat sulit dimengerti. Terkadang saya tidak pun merasa tidak paham dengan diri saya sendiri, apa yang saya inginkan, apa yang saya lakukan, semuanya hal yang terjadi, membuat saya berpikir ini saya ataukah ada makhluk lain selain saya yang menghuni diri saya. hahaha...

Banyak diantara teman-teman saya yang merasa bahwa saya adalah wonder woman, seorang wanita yang tangguh, kuat dan mandiri. Saya bisa melakukan apapun yang saya inginkan. Saya mampu melakukan segala sesuatu seorang diri dan tanpa bantuan dari orang lain. Kadang sikap dan anggapan seperti ini membuat saya menjadi pribadi yang keras kepala dan keras hati. Saya menjadi sosok yang merasa mampu melakukan segala hal. Saya pergi kemana pun seorang diri. Saya mengerjakan banyak hal pun seorang diri. Tidak ada yang menemani. Orang lain yang melihat menganggap bahwa saya cukup mandiri.

Biarkanlah orang berkata bagaimana, karena mereka memiliki hak untuk berpendapat dan menilai orang lain. Maka dari itu, kadang saya sering membiarkan anggapan orang lain.

Menurut saya, ada 2 jenis wanita yang sebaiknya ditanggapi dengan cara yang berbeda pula. Pertama, wanita yang merasa dirinya lemah dan tidak bisa hidup tanpa orang lain, sehingga kadang wanita ini menunjukkan ketergantungan pada orang lain yang dekat dengannya. Saya punya kenalan yang memiliki karakter wanita ini. Wanita yang selalu berganti-ganti pasangan, karena dia tidak pernah bisa hidup tanpa laki-laki. Kedua, wanita yang merasa dirinya tangguh kuat dan mandiri, seolah tidak mampu dikerjakan seorang diri, dan saya masuk dalam karakter wanita kedua ini.
Baik karakter pertama dan kedua ini, memiliki kekosongan dalam hidupnya. Hidupnya kosong dan hampa. Ada kesepian yang dirasakannya, dan hatinya tak pernah merasa penuh. Kedua jenis wanita ini hanya berpikir bahwa dengan cara mencari pelampiasan, dia akan merasa penuh, dan seutuhnya. Kepenuhan dan keutuhan yang mereka pikir akan didapatkan sebenarnya kepenuhan dan keutuhan semu, karena jika apa yang mereka peroleh ini hilang, maka mereka akan kembali seperti sedia kala, rapuh dan lemah.
Saya sangat suka belajar tentang teori gestalt, dimana kita hidup untuk sekarang dan disini, dan menerima seutuhnya apa yang terjadi dalam hidup kita. Ada sebuah penerimaan yaitu menerima keadaan diri kita sendiri. Tuhan menerima kita apa adanya, tapi kenapa kita tidak bisa menerima diri kita apa adanya?
Kita tidak butuh orang lain agar kita menjadi bahagia, kita hanya perlu mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan berikan dalam hidup kita, dan kita hanya perlu menerima diri kita apa adanya. Kebahagiaan itu, ada di bawah kontrol dan kendali kita sebagai wanita yang telah dibebaskan. Menjadi wanita bebas dan tidak terikat, bukan perkara yang mudah. Setia pada proses yang tengah berlangsung, dan taat pada kehendakNya memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Menjadi wanita yang bebas memerlukan proses yang menyakitkan, seperti intan yang dibentuk sedemikian rupa.

Pengalaman yang mengajarkan saya bahwa proses yang tengah saya jalani saat ini adalah proses yang menyakitkan adalah ketika saya harus menghadapi perasaan kesepian. Saya kuat dan mandiri, tapi saya mulai menyadari bahwa semua terasa kosong dan hampa. Saya merasakan kesepian dibalik kemandirian dan kekuatan saya. Saya merasa kesepian dan kosong. Saya memiliki banyak teman, tapi kadang saya merasa kosong. Saya berpelayanan, bekerja dan melakukan aktivitas, tapi itu serasa hanya rutinitas harian yang harus saya kerjakan. Banyak orang yang berpikir, saya bisa mendapatkan semua yang saya inginkan, tetapi semua itu terasa kosong dan hampa. Saya menghadapi kesepian dan kekosongan itu, melawan dengan berbagai cara untuk mengisi bagian yang kosong dalam diri saya. Hingga pada akhirnya saya mendapatkan kenyataan yang menakutkan, bahwa saya harus belajar menikmati dan menerima perasaan itu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari diri saya. Kesepian dan kekosongan itu ada di setiap diri manusia, dan setiap manusia mengalami dan merasakannya. Sebagian besar dari mereka melarikan diri dari perasaan itu, dan membenci perasaan itu. Mereka lari dengan mencari pasangan, lari pada pekerjaan dan bahkan lari ke Tuhan. Lari ke Tuhan, itu adalah hal yang benar, tetapi menjadi salah ketika lari ke Tuhan demi motivasi kepenuhan. Karena merasa kosong dan kesepian, mereka berharap "jika saya dekat dengan Tuhan maka saya tidak akan merasa kosong". Hal ini berarti kita datang ke Tuhan untuk mengharapkan sesuatu dari Tuhan. Ini hanya pendapat pribadi saja.
Saat ini, saya belajar menerima kekosongan dan kesepian yang saya rasakan. Saya belajar menikmati dan menyamankan diri dengan kekosongan dan kesepian ini, tidak melarikan diri darinya bahkan tidak membencinya. Akan tetapi saya menerima perasaan ini sebagai bagian dari diri saya. Semakin saya menyadari bahwa saya telah menikmati kekosongan dan kesepian hati ini, semakin terasa kasih Tuhan dalam hidup saya, dan bahwa saya diberkati secara berlebih olehNya. Kesadaran dan penerimaan seperti ini yang membuat saya menyadari bahwa Tuhan dan saya memiliki hak penuh atas kehidupan saya, dan apapun yang saya perbuat, saya bisa mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan. Karena saya peduli dan ingin yang terbaik untuk diri saya sendiri, sama seperti Tuhan yang ingin sesuatu yang terbaik bagi anak-anakNya. Begitu pun dengan kalian, belajar untuk menerima, penerimaan yang total terhadap diri kalian sendiri, dan bertanggungjawablah atas apa yang kalian lakukan. Hadapi segala perasaan yang muncul karena itu adalah bagian dari diri kita, yang harus dihadapi dan tidak disangkal keberadaannya.

Tuhan memberkati

Jumat, 09 Oktober 2015

kacau balau aku galau

aku merasa lelah dengan segala kelelahanku sendiri..
lelah untuk mencari sesuatu yang tak pernah ku tahu kepastiannya, kemudian pikirku bertanya adakah kepastian di dunia ini? tidak ada, lantas jawabku. hidup adalah perputaran dan terus berputar. Tak berarti segala yang kamu harapkan dapat terwujud nyatakan. semua perlu proses dan hidup adalah mengenai ketidakpastian.

Semua orang sungguh pandai berteori, ya... dan aku pun juga. Memberikan nasehat pada seorang teman yang tengah patah hati jauh lebih mudah ketimbang menasehati diri kita sendiri yang tengah patah hati. Aku pernah merasakan sakitnya patah hati dan tak mampu lepas dari rasa sakit itu, dan pernah menjadi penasehat orang yang patah hati.. lelah rasanya..

Hidup dalam kekecewaan yang tak kunjung berhenti, tetapi tetap memiliki harapan akan kehidupan yang lebih baik. Hidup yang lebih baik dan penuh ketenangan selalu menjadi tujuan yang ingin kucapai. Tak ada cara yang mudah untuk mendapatkannya, aku harus terjatuh berkali-kali, menangis tersedu-sedu, menahan sakit yang menggerogoti hati, kecewa berkali-kali, tetapi aku tak pernah berhenti untuk tetap percaya pada kehidupan yang lebih baik..

Aku hanya ingin hidup yang lebih baik.
Mendapatkan kedamaian dan ketenangan, tak peduli sesulit apa jalan yang harus aku tempuh, tak peduli seberapa terjal jalannya dan jurang di kanan dan kiriku, tapi aku percaya akan hidup yang lebih baik..

Dan seperti itulah....