Sabtu, 22 Maret 2014

Satu Sisi: Kacamata Tuhan

setahun yang lalu, saya ingat saya pernah berkisah tentang kehidupan asmara saya pada seorang sahabat. Hanya satu kalimat yang terlontar dari mulutnya, "Tuhan itu baik banget loh sama kamu, mbak.." dan saya merespon dengan tertawa.
Saya tahu bahwa Tuhan itu baik dan terlalu mengasihi saya, walaupun kadang pikiran saya berkata "apa sih yang Tuhan lihat dari saya kok sampai segitunya mencintai saya". Saya suka dengan sebuah lagu, "... siapakah aku ini Tuhan jadi biji mataMu..." Yah.. sebagai manusia, saya selalu akan berpikir, dan pikiran saya adalah apa alasan Tuhan begitu mengasihi dan mencintai saya. IA PRIBADI yang tidak melihat bagaimana, siapa dan apa saya ini, tapi justru mencintai saya karena saya adalah saya, seorang makhluk yang lemah dan tak berdaya. Jadi untuk apa saya ragukan DIA lagi?
Tapi kata-kata sahabat saya ini benar-benar membuat saya tergelitik saja, dan pikiran saya pun bekerja untuk segera memberikan respon pertanyaan padanya. Saya tanyakan alasannya berkata demikian, dan saya ingat sedikit banyak kata-katanya, "Seperti datangnya hujan di padang gurun, IA mengingatkanmu tentang cinta, dan ini waktunya kamu diproses. Sudah jangan melawan lagi, sudah saatnya kamu membuka hatimu, jangan ditutup lagi..."



Kemudian ketika saya merasakan patah hati dan saya berkisah tentang kisah patah hati saya, sahabat saya ini pun berkata, "Wah.. TUHAN itu benar-benar sayang sama kamu, mbak.." Kembali saya tergelitik dengan pertanyaan yang muncul dalam pikiran saya, dan akhirnya saya utarakan pertanyaan itu. Sahabat saya pun dengan tatapan yang masih saya ingat bentuknya berkata, "Kan dari awal sudah ku bilang, kamu diproses agar hatimu tidak mati. Aku sudah tahu dari awal, bahwa ini akan berakhir, tapi tidak menyangka akan secepat ini kamu merasakannya, mbak.. Pria itu hanya proses yang Tuhan ijinkan hadir dalam hidupmu untuk menyegarkan hatimu. Sudah saatnya kamu merasakan cinta kemudian patah hati, sebelum kamu bertemu dengan pria yang tepat.. Waktunya dia sudah habis, jangan paksakan lagi, harus iklaskan.. Pria itu bukan pria baik untukmu.."

Yup.. saya semakin yakin bahwa Tuhan itu baik dan sangat mencintai saya. Menurut saya, cinta itu adalah suatu perasaan yang rasional, dan bisa dipahami, ia tidak hanya mampu dirasakan ke"ada"anya, tetapi juga mampu dinalar dengan logika. Cinta itu mampu menyatukan perasaan dan logika, tetapi jika hanya hanya salah satu saja yang dominan, maka pertimbangkanlah lagi tentang cinta itu. Saya ingat persis perasaan saya saat itu, dimana pertama kali dalam hidup saya perasaan dan logika saya tidak bisa sejalan, mereka tidak bisa melebur dan menyatu. Kemudian sahabat saya pun mulai berkomentar, "Kalo yang ini sungguh-sungguh Tuhan itu luar biasa, mbak. Dengarkan hatimu, apa yang kata hatimu katakan. Tuhan ingin mengajarkan kamu untuk peka dengan dirimu sendiri. Berhentilah berpikir, dan mencoba untuk merasakan. Kamu itu calon psikolog, dan seharusnya bisa peka karena tidak semua hal itu dapat dilogikakan. Banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dinalar, termasuk TUHAN. Jika kamu terus seperti ini, mungkin suatu saat nanti kamu akan jadi ateis, dan tidak percaya pada keberadaan Tuhan.. Belajarlah, mbak.. prosesmu sungguh-sungguh luar biasa.."

Ketika itu, saya mencoba berjalan dengan peka mendengarkan kata hatiku.
Hingga akhirnya "seolah" ada harapan bersama dengan dia lagi.
"Seolah ada harapan" merupakan cara yang salah ketika memulai sebuah hubungan, hingga hubungan ini pun  menjadi salah. Sahabat saya pernah memberikan peringatan "tugas pria itu sudah selesai dalam kehidupanmu, mbak. Jadi jangan paksakan dirimu.."
Sahabat saya benar, bahwa saya terlalu memaksakan diri sendiri dan menggenggam erat segala yang kumiliki. Sudah paham untuk melepaskan tetapi tidak segera melepaskan, tetapi menarik ulur hingga entah apa ini yang dinamakan "dipermainkan". Saya tidak paham tentang cinta ini.

Aku hanya ingin mencintai dan dicintai dengan cara yang sederhana. Cinta yang hanya disaksikan oleh Tuhan dan tembok yang mendengar degupan jantung ini. Cukup untuk bertemu dan saling berceloteh. Mendengarkan celotehanku yang tidak pernah nyambung dan terlihat "konyol". Mendengarkan kisah-kisahnya dan petualangannya. Tak peduli kejujurannya mungkin akan menyakitiku, tapi aku bisa yakin bahwa ia mencintaiku karena aku adalah aku. Dan ia pun yakin bahwa aku mencintainya karena dia adalah dia. Tidak peduli seberapa buruknya masa lalunya, dan masa laluku. Cinta yang saling menerima, mengampuni dan saling berjuang, karena di dalam cinta selalu akan ada masalah. Cinta itu meleburkan dua hal yang berbeda, dan proses melebur itu rasanya akan sangat menyakitkan, tapi tidak ada hal yang tidak bisa dilalui jika kita bisa meredakan ego itu.

hahahaha... saya teringat dengan nasehat seseorang "Wanita baik pasti mendapat pria yang baik. Kamu harus percaya itu. Kamu mencintainya dengan tulus, tapi jika dia tidak mencintaimu, jangan pernah menyesali dirimu yang pernah mencintainya. Kamu menerima bagaimanapun keadaannya. Kamu mengampuni dia atas kesalahannya. Tetap cintai dia, tapi JANGAN MENJADI BODOH KARENA CINTA.."

sampai saat ini saya tidak pernah tahu bagaimana ending dari kisah ini. Saya bisa meyakinkan bahwa kisahnya pasti HAPPY ENDING, entah bagaimana kisah selanjutnya.

Selasa, 11 Maret 2014

Bukan sebuah pilihan




jika mencintaimu adalah sebuah pilihan bagiku,
maka aku akan memilih untuk tidak mencintaimu...

tapi,
apa kuasaku untuk menahan gejolak rasa ini padamu?
aku hanyalah gadis biasa yang mencintaimu dengan ketulusanku,
bukan karena siapa kamu,
bukan juga karena apa yang ada padamu,
tetapi karena kamu adalah kamu...

kamu bukanlah pilihan yang pertama, kedua, ketiga ataupun pilihan lain,
tetapi kamulah satu-satunya...

karena jika kamu adalah sebuah pilihan,
aku tidak akan pernah memilih untuk kamu.....

maka jangan pernah menjadikanku sebagai pilihanmu,
dan jadikan aku satu-satunya...


http://www.kawankumagz.com/stuff/aku_sayang_kamu.jpg