Kamis, 30 April 2015

Kisah perjalanan PKPP 1

akan kuceritakan sebuah kisah....

perjalanan saya yang telah saya tempuh selama 2 bulan sejak November 2014-Januari 2015..
Saya namakan wisata PKPP. PKPP itu adalah Praktek Kerja Profesi Psikolog.. Setiap dari kami, mahasiswa Magister Psikologi yang mengambil Profesi wajib harus kudu menikmati wisata PKPP. Saya mengambil peminatan bidang klinis. Kata orang psikolog klinis itu rupanya sama seperti pasiennya, bahkan terkadang susah untuk dibedakan mana psikolog dan mana pasiennya. Kami, berbeda dengan psikolog PIO (Industri dan Organisasi) yang selalu berpenampilan keren gitu.. Harap maklum subjek yang kami hadapi benar-benar "sakit" secara psikis. Akan tetapi ini adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan.

Mari kita bahas mengenai kisah PKPP 1. Saya satu kelompok dengan beberapa manusia tidak jelas ini yaitu dahlia, dewi bun-bun dan lina amoi. Kami berempat selama 2 bulan terdampar di Klaten, tepatnya RSJ Klaten nama panjangnya Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjawardi Klaten. Iyaaa benar sekali kami jadi pasien rawat inap gitu.. hahahahaha.... (ketawa tapi tidak lucu)
Benar-benar luar biasa... PKPP menjadikan kami manusia-manusia baja (hitam)..

Awalnya, saya kira PKPP adalah proses yang rumit dan mampu membuat saya gila karenanya, tetapi setelah saya menjalani sendiri dan menikmati PKPP ternyata PKPP merupakan proses yang menyenangkan. Proses kebersamaanlah yang membuat saya belajar banyak. Kami berempat memiliki tipe dan karakter yang berbeda. Perbedaan jelas ada. Ego yang tak bisa dibendung. Perselisihan. Emosi. Semua menyatu menjadi satu. Bahkan sampai detik ini, kami sudah jalan PKPP ke-2 pun kami masih mengalami perselisihan, perbedaan pendapat, dan emosi yang merajalela. Banyak hal yang saya pelajari bersama dengan mereka. Tetapi kami mampu mengatasi segala permasalahan yang terjadi, walaupun dengan cara berdiam diri, memendam dalam hati, menahan emosi dan keegoisan atau bahkan meluapkan amarah dan kejengkelan. Melalui kelompok kecil, saya belajar mengendalikan dan mengontrol diri saya.
Hidup adalah proses untuk terus belajar. Jika kamu memutuskan untuk berhenti belajar, mungkin saat itulah dirimu telah mati. Belajar itu bagaikan hembusan napas manusia. Jika manusia tak bernapas, maka ia mati, dan jika manusia tak lagi belajar maka ia hidup tetapi mati.



selama menjalani PKPP 1, banyak kejadian luar biasa yang kami alami. Setiap datang perkunjungan ke rumah klien, kami datang dengan tangan hampa, dan pulang dengan tangan penuh kantong plastik. Kami bersyukur memiliki klien yang luar biasa menyenangkan. Ketika banyak orang yang berpikir, bahwa kami telah membantu klien kami, padahal kenyataannya justru sebaliknya. Kami belajar banyak dari klien kami.

Ketiga klien saya unik. Bahkan sampai PKPP 2 pun saya mendapat klien yang berbeda dari yang lain, karena klien saya mayoritas laki-laki. Klien saya yang pertama, sebenarnya saya pedekatenya ke temannya si klien ini, tapi malah kecantolnya sama klien saya ini. Klien yang kedua, justru malah yang datang menghampiri saya, dan meminta untuk saya bantu. Kalo klien yang ketiga anak-anak, awalnya yang pegang teman saya, tapi kenapa malah akrabnya dengan saya. Mereka unik, dan saya sangat menyukai mereka. Mereka datang untuk mengajarkan saya bahwa inilah hidup, segala suka dan dukanya. Mereka memberikan saya keluarga. Keluarga baru yang menyenangkan.

Permasalahan dengan klien, permasalahan dengan teman sekelompok dan bahkan permasalahan dengan diri kita sendiri. Ego, idealisme, emosi, ambisi, semua itu adalah hal manusiawi, tapi saya belajar bagaimana mengontrolnya, saya belajar bagaimana menerima dan mengendalikannya. Karena ini hanya sebagian kecil dari permasalahan pada dunia yang sebenar-benarnya dunia...