Jumat, 21 Oktober 2011

puisi dalam kebingungan

rasanya degub jantung ini...
rasanya mata ini...
rasanya bau ini....

seperti tanah yang mendapatkan kesejukan air..
seperti air yang mendapatkan cahaya matahari...
dan seperti matahari yang mendapatkan kekuatannya...

lihatlah kemana perginya ia, bahkan sekalipun ia hilang dan rasa itu akan ditemukannya..
lihatlah semakin jauh ia pergi, bahkan sekalipun ia lelah, dan akan tetap bertahan...

langitpun masih biru, dan awan pun masih menggumpal tebal
bahkan aliran sungai pun masih bermuara pada samudra,
hingga setiap hembusan napas ini akan mampu kau rasakan..

entah siapakah dia?
bahkan mungkin wajah yang tertutup topeng itu semakin memudar,
dan rasa ini kian hilang,
mungkin akan semakin terganti oleh topeng-topeng lain,
hanya saja pelangi itu masih tetaplah lengkungan warna-warna indah milik sang dewi.

siapakah dia?
topeng yang asing tetapi warna yang melekat itu....
ada rasa yang tak terungkap, bahkan ketika bibir itu bernyanyi, tetapi tertutup oleh sekam berduri yang tertancap..

siapakah dia?
laksana fajar yang tak menentu kedatangannya,
rasa itu hadir semakin membuta, bahkan hilang semakin tak tergoyahkan,
hanya saja, dimensi pemisah segalanya membingungkan dan terus membingungkan..

mungkin membiarkannya bernyanyi,
atau mungkin membiarkannya menangis,
atau membiarkannya terbebas dengan segala hal dan kemudian lenyaplah...

karena mungkin jika suatu hari matahari menemukannya, mungkin ia akan terbakar..

hanya melihat dari jarak yang tak tersentuh pun, mampu mengubah hitam menjadi merah,
dan hanya mengetahui keberadaan "siapa" , mampu membuatku menjadi lega...

*******


Tidak ada komentar:

Posting Komentar