Kamis, 23 Mei 2013

story about the house

kau tahu tentang analogi sebuah rumah yang sedang kubangun..
baiklah akan kuceritakan padamu...

bertahun-tahun aku membangun sebuah rumah. Rumah dengan dasar batu yang kuat, dan tak kan mudah dirobohkan oleh badai apapun. Rumah itu sudah jadi, rumah itu sudah berisi perabotan yang sesuai dengan keinginanku. rumah yang kudesain sesuai dengan kehendakku. kuhias dan kuisi dengan segala yang kuinginkan. Rumah itu sangat indah bagiku.
kemudian kupasang pagar yang sangaaaaat tinggi dan kuberikan duri-duri diatasnya, agar tidak ada seorang pun yang bisa memanjatnya atau memasuki rumahku secara diam-diam. karena aku cukup sangat egois, maka tidak akan kubiarkan satu orangpun menikmati keindahan rumahku. Sungguh rumahku sangat tertutup. hanya beberapa orang saja yang kuijinkan untuk masuk, dan masuk hanya sebatas halaman depan, paling ujung ya ruang tamu. Aku selalu memiliki ketakutan, jika aku membiarkan orang asing memasuki rumahku maka ia akan mengacak-acaknya, dan mengganti semua perabotanku. itulah alasan yang membuat aku takut untuk mempercayai orang asing.



setiap orang menggunakan topengnya, begitu juga saya.
setiap orang membangun rumahnya masing-masing, dan mereka nyaman untuk terus berada di rumahnya.

setiap kita membangun rumah sesuai dengan keinginan kita. mengambil dari sisa-sisa pengalaman, dan kehidupan kita. Kita menentukan dasar bangunan sebagai pondasi rumah. kita buat desainnya. dan kita isi rumah itu dengan segala hal yang kita inginkan, atau yang diinginkan orang disekitar kita. kita bentuk dan hias rumah itu. dan segalanya terserah. maka seperti itulah kepribadian manusia.





rumah dengan pagar yang tinggi, seperti itulah rumahku.
rumah yang sangat tertutup, ya itulah rumahku.
maka hancurkanlah pagar itu, atau yakinkanlah aku untuk bisa membuka pintu itu atau bahkan membiarkanmu mengacak-acak rumahku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar