Minggu, 11 Oktober 2009

langit-bumi dan keabadian

persahabatan ini telah berlangsung cukup lama. hampir separuh masa kehidupanku, kuhabiskan bersama dia. sejak kecil, dialah yang mau menemaniku berjalan di jalan yang sama. dia menggenggam tanganku di kala aku membutuhkan kekuatan untuk menjalani kehidupanku.

dia adalah orang yang sangat supel dalam bergaul. temannya begitu banyak, bahkan tak terhitung banyaknya. berbeda denganku. hanya dialah yang ku punya sebagai seorang sahabat. tidak ada sahabat ataupun teman yang lain, selain dia.

hingga suatu hari dia mengenalkanku pada temannya, namanya Langit. perkenalan itulah awal dari kisahku ini.

tak pernah kusangka bahwa Langit akan mampu menggeserkan posisi Eternisia di hatiku. Sia, sapa akrab Eternisia, membawaku bertemu dengan Langit. dan Sia yang menjadi jembatan antara aku dan Langit.

bertahun-tahun lamanya kami berteman, aku, Sia, dan Langit. Sia dan Langit yang selalu menjaga dan melindungiku. mereka yang senantiasa membelaku.

saat itu datang juga, ketika hujan mulai mengguyur tanah kering ini. hujan menahan Langit di sisiku. hatiku berdebar sangat kencang. pertama kalinya sejak Sia mengenalkanku dengan Langit, kami duduk berduaan dan mengobrol berdua. serasa seperti mimpi. dan jika ini adalah mimpi, aku tak ingin terjaga dari tidurku ini.

"Kemarin aku iseng buka kamus bahasa perancis, kamu tahu arti namamu?" tanya Langit. tatapan matanya sangat meneduhkan hatiku.

"Tere? apa?"

"Bumi..."

hatiku berdegub sangat kencang. ketika Langit mengartikan 'tere' sebagai bumi. apakah dia mengerti apa yang sedang kurasakan saat ini?
tatapan matanya sungguh sangat menusuk jantungku. karena aku begitu menyukai mata itu.

********

Sia duduk di sebelahku. hatiku masih sangat berbunga-bunga. kali ini aku merasa yakin dengan perasaanku.

"Ada apa denganmu?" tanya Sia.

"I'm fall in love...."

Raut muka Sia mendadak berubah. aku tak mengerti dengan ekspresi mukanya yang berubah itu. kemudian tanpa statemen apa-apa, dia pergi dariku.
apakah ada yang salah dengan ungkapanku.


"kenapa tadi pergi?" tanyaku. begitu kuliah selesai dan tak kudapati Sia di kampus. aku langsung tahu kemana dia berada. di taman itu...

"Gak apa-apa."

"Beneran?"

"Iya. dengan siapa kamu jatuh cinta?"

mulutku terkatub sangat lama. aku berpikir apakah pantas kusebutkan namanya. padahal kami adalah sahabat. apakah aku tak melukainya jika dia tahu bahwa orang itulah yang telah membuatku jatuh cinta?

"Langit?"

aku terkaget ketika tebakannya benar. aku tak mampu menatap matanya. matanya sungguh membuatku merasa perih dan terkoyak-koyak. seperti ada sebilas pisau yang menyayat hatiku.

tolong jangan menatapku dengan tatapan seperti itu...


sejak saat itu hubungan kami mulai renggang. Langit merasakan keanehan pada kami. dan kuberitahukan pada dia tentang segala kondisi yang terjadi. aku tahu pengakuanku ini mungkin akan menyakitkannya dan Sia. bahkan aku telah siap jika Langit menolakku, dan lebih mementingkan persahabatan kami.

"Kamu gak tahu apa yang sedang kamu bicarakan..." kata Langit.

"Aku sadar dengan pengakuanku ini. sekalipun aku egois dan manja, tapi untuk masalah kali ini aku serius, Langit..."

"Kamu tahu bahwa kamu telah menyakiti hatinya?"

"Aku tahu... aku ingin menjelaskan padanya, bahwa dia adalah sahabatku. dan dengan siapappun aku nanti, dia akan tetap menjadi sahabatku..."

"sahabat? bagimu, Sia hanya seorang sahabat, tapi kamu gak pernah tahu apa arti seorang Tere bagi Sia kan? pernah kamu tanyakan itu padanya?"

"Maksudmu?"

"Bagiku, kamu lebih dari seorang sahabat, kamu adalah saudaraku, kuanggap sebagai adikku, sementara bagi Sia, kamu adalah segalanya, kamu adalah kehidupannya. itulah yang membuatku untuk tidak menyentuhmu lebih dalam lagi...."

"Tapi kan, kami...."

"Perempuan? kamu mau bilang kalian perempuan. Sia menyukaimu, Tere. dia sangat menyayangimu... dia ingin menjadi sosok laki-laki, agar bisa menjaga dan melindungimu. tak sadarkah kamu dengan perubahannya???"

terputar dalam memoryku, ketika dia mencukur rambutnya, berpakaian layaknya seorang pria. dan merubah bahasanya. dia belajar beladiri, silat, karate, dan sebagainya. selama ini aku pikir, dia memang adalah tomboy, karena seperti itulah dirinya. tapi semua itu dia lakukan untuk aku. kenapa aku tak menyadari semua itu...

"Kamu tahu dimana dia sekarang?"

"Dia di Rumah Sakit."

"Apa yang terjadi padanya?"

"Kamu juga tak menyadari bahwa dia punya penyakit saraf kan?"

***********

Air hujan mengguyur tanah kering tepat di pusaran tempat Sia beristirahat. saat itu, aku baru menyadari bahwa dia sahabatku yang juga mencintaiku...

Eternisia yang berarti keabadian. sekarang dia berada di tempat yang menjadi awal dia berada. keabadian itu biarlah tertanam baik di dalam hatiku...

terima kasih sahabat atas cintamu padaku...
dan maafkan aku yang telah mencintai orang lain yang adlaah sahabat kita....


(terinspirasi: sebuah film yang bercerita tentang persahabatan tapi lupa judulnya)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar