Rabu, 30 Desember 2009

lihatlah aku sebagai sahabatmu

Tolong jangan menganggapku tidak ada!!!

Aku ada dan nyata….


Kehilangan seorang sahabat sungguh sangat menyedihkan. Dan aku melihat kepergiannya itu. Dia pergi dan berlalu, sama seperti ketika ia datang dan mengisi sebagian hati ini.

Mungkin semuanya adalah sebuah kesalahan.

Bahkan mungkin persahabatan yang terbina merupakan awal kesalahan.

Persahabatan ini tidak dilandasi dengan perasaan yang sama. Berharap ada perasaan yang lebih diantara kami.


Mungkin dia telah menyadari kenyataan di balik persahabatan ini, sehingga ia memutuskan untuk menghindar.

Mungkin dia merasa kehilangan sosok ‘aku’ yang dulu, sehingga ia menjauh dariku dan membiarkanku hidup dengan dunia baruku.

Mungkin dia sudah tidak lagi membutuhkanku di sampingnya, sehingga ia membuangku begitu saja.


Karena perasaan ini pun berbeda dengan yang dahulu.

Karena perasaan ini sudah tidak lagi senyaman yang dulu.

Karena perasaan ini sudah tak lagi melihat ‘indah’ pada dirinya.

Karena perasaan ini telah murni sebagai rasa persahabatan.


Dan akhirnya dia menyadarinya.

Memutuskan untuk menganggap ketidakadaannya diriku.


Di kala aku datang, menawarkan persahabatan yang murni ini, ia pun semakin jauh dariku. Menghindariku layaknya sebuah penyakit berbahaya yang patut untuk di jauhi.

Mata itu pun tak lagi berfokus pada padaku. Hilang.


Tak ada lagi senyuman basa-basi atau obrolan ringan sekedar penghibur kesendirian.

Mungkin awal dari semua ini adalah kesalahanku.

Kesalahanku karena pernah bertaut hati padanya.

Kesalahanku karena pernah menyukainya dalam waktu yang lama.

Kesalahanku karena keegoisanku yang mendasari persahabatan ini.


Hingga akhirnya perasaan itu pun raib, ia pun turut raib di makan waktu.

Bahkan tak ada yang aku mengerti dari keberadaannya saat ini.

Mungkin aku terlalu asyik menikmati duniaku saat ini.


Malam ini aku bertemu dia, hanya senyuman simpul yang ia berikan dan kemudian berlalu..

Yang tersisa hanyalah kesedihan, karena ia tak lagi melihat keberadaanku.

Ia berlalu dengan kegalauan dalam pikiranku.


Hanya ada satu hal yang aku harapkan, uluran persahabatan murni yang ia terima.

Karena dia bukan untukku.


Tapi dia adalah sahabatku..

Tolong kembalilah padaku…


Anggaplah aku ada sebagaimana kamu menganggap mereka ada…

Waktu kita hanya sebentar, jadi jangan perlakukan aku sebagai penyakit yang menular…


Sungguh lupakanlah perasaanku padamu di waktu yang dahulu…

Sungguh aku menginginkanmu sebagai sahabatku…


Aku mohon, jangan menjauhiku lagi…


Jangan menghindariku lagi…


Lihatlah aku dengan sorot mata itu….


(hanya untuk dia yang pernah berada dalam masa di hidupku, 22 desember 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar